HAKIKAT KEYAKINAN WIHDATUL WUJUD DAN PELOPORNYA


Keyakinan wihdatul wujud, merupakan pemahaman ilhadiyah (kufriyah) yg muncul setelah dipenuhi dg keyakinan hulul. Yaitu, dalam istilah Jawa disebut manunggaling kawula lan gusti. Artinya, bersatunya makhluk dg Tuhan, pd sebagian makhluk. Tidak ada keterpisahan antara keduanya. Muaranya, segala yg ada merupakan penjelmaan Allah Azza wa Jalla. Tidak ada wujud selain wujud Allah. Hingga akhirnya berpandangan, tdk ada sesuatu pun di alam semesta ini, kecuali Allah. Pemikiran sesat seperti ini, tdk lain kecuali berasal dari keyakinan Budha & kaum Majusi.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka (orang-orang yg berkeyakinan dg aqidah wihdatul wujud) telah melakukan ilhad (penyimpangan) dalam tiga prinsip keimanan (iman kepada Allah, RasulNya & hari Akhirat). Menurut Syaikhul Islam, dalam masalah iman kepada Allah, mereka menjadikan wujud makhluk merupakan wujud Pencipta itu sendiri. Sebuah ta'thil (penghapusan sifat-sifat Allah) yg sangat keterlaluan.

Pemahaman seperti ini sungguh sangat nista & kotor. Karena, konsekwensinya berarti seluruh keburukan, binatang-binatang najis, kejahatan, iblis, setan & perihal buruk lainnya merupakan jelmaan Allah. Maha Suci Allah dari perkataan orang-orang mujrimin (berbuat kejelekan).

Keyakinan seperti inilah yg menjadi landasan aqidah Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Arabi Abu Bakr al Hatimi. Dia lebih dikenal dg nama Ibnu ‘Arabi . Lahir tahun 560 H di Andalusia & meninggal tahun 638 H. Menurut adz Dzahabi, ia (Ibnu 'Arabi) sebagai kiblat orang-orang yg menganut paham aqidah wihdatul wujud . Simak dua bait syair yg tak pantas ini:

Tidaklah anjing & babi kecuali sesembahan kami
Dan bukanlah Allah, kecuali seorang pendeta di gereja!

Lebih jauh Syaikhul Islam menjelaskan bahwa, keyakinan seperti ini diadopsi dari pemikiran para filosof, seperti Ibnu Sina & lain-lain. Yang kemudian dikemas dg baju Islam melalui tasawuf. Kebanyakan terdapat dalam kitab al Kutubul Madhnun biha ‘Ala Ghairi Ahliha.

SYUBHAT SEPUTAR UNGKAPAN KUFUR IBNU ‘ARABI
Kitab Fushulul Hikam & al Futuhat al Makkiyah, dua karya Ibnu 'Arabi yg sangat terkenal ini, sarat dg perkataan-perkataan tentang wihdatul wujud, penafian perbedaan antara Khaliq (Pencipta) dg makhlukNya, & penetapan penyatuan antara keduanya. Sangat jelas, dari dua buku ini, betapa rusak aqidah penulisnya & orang-orang yg mengikutinya.

Sebagai contoh, misalnya dalam sebuah penggalan syairnya, Ibnu 'Arabi berkata:

الْعَبْدُ رَبٌّ وَالرَّبُّ عَبْدٌ يَا لَيْتَ شِعْرِيْ مَنِ الْمُكَلَّفُ

Hamba adalah Rabb, & Rabb merupakan hamba
Aku bingung, siapa gerangan yg menjadi mukallaf.

Ia juga mengatakan:

عَقَدَ الْخَلَائِقُ فِيْ الْإلِه عَقَائِدَ وَأَنَا اعْتَقَدْتُ جَمِيْعَ اعْتَقَدُوهُ

Semua makhluk berkeyakinan tentang ilah (sesembahan) dg berbagai keyakinan
Dan aku berkeyakinan (tentang ilah) dg seluruh yg mereka yakini itu.

Begitu juga dg perkataannya:

Dia menyanjungku, aku pun memujiNya
Dia menyembahku, & aku pun menyembahNya.

Dalil yg ia catut utk mendukung argumentasinya, yaitu firman Allah dalam an Nur/24 ayat 39:

وو جد الله عنده

"Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya".

Juga dg mengusung hadits palsu berikut:

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

"(Barangsiapa mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Rabb-nya)".

Mengenai argumentasi yg dibawakan ini, Dr. Ghalib 'Awaji memberikan komentar: "Ini merupakan istidlal (pengambilan dalil) yg sangat aneh & mungkar yg diucapkan oleh seseorang. Bagaimana mungkin mengatakan al Qur`an & Sunnah mengajak ilhad & kekufuran kepada Allah? Oleh karenanya, Ibnu Taimiyah mengatakan, kekufuran mereka lebih parah daripada kekufuran Yahudi & Nashara serta kaum musyrikin Arab” . Adapun Ahlu Sunnah menetapkan, sebagaimana dikatakan Ibnul Abil ‘Izz rahimahullah: "Ahlu Sunnah bersepakat, tdk ada sesuatu pun menyerupai Allah, baik pd dzatNya, sifatNya maupun af‘al (perbuatan-perbuatan)Nya".

Mengenai keimanan kepada hari Akhir, Ibnu 'Arabi berpendapat, bahwa penghuni neraka juga merasakan kenikmatan di neraka, sebagaimana yg dinikmati oleh penghuni jannah di jannah. Karena adzab (yang berarti siksaan), disebut demikian, lantaran kenikmatan rasanya ('udzubatu tha'mihi, dari kata adzbun yg berarti lezat).

Sementara itu, tentang keimanan kepada para rasul, penganut wihdatul wujud juga melakukan penodaan yg tdk ringan terhadap gelar terhormat para rasul. Menurut mereka, penutup para wali Allah itu lebih berilmu daripada penutup kenabian. Mereka berpendapat, para nabi -termasuk pula Nabi Muhammad- mengambil ilmu dari celah wali terakhir.

Tentu, pendapat seperti ini, sangat jelas melanggar nash-nash agama & cara berpikir yg . Seperti sudah dimaklumi, orang yg datang di akhir, ia akan mengambil manfaat dari orang yg berada di depannya. Bukan sebaliknya. Dalam perspektif agama, wali Allah yg paling utama, ialah orang-orang yg mengambil ilmu dari nabi yg mulia. Dan wali Allah yg paling mulia dari umat ini adalah, orang-orang shalih yg menyertai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman:

"Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); & jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya & (begitu pula) Jibril & orang-orang mu'min yg baik; & selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula". (at Tahrim/66: 4).

Menurut kesepakatan para imam salaf & khalaf, wali Allah yg paling afdhal adalah Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu kemudian ‘Umar Radhiyallahu 'anhu.

Berbeda dg pandangan orang-orang mulhid tersebut (Ibnu Arabi dkk), mereka lebih mengutamakan ahli filsafat ketimbang seorang nabi. Ibnu ‘Arabi sendiri mengatakan: "Sesungguhnya penutup para wali mengambil langsung dari piringan logam yg diambil oleh malaikat utk diwahyukan kepada nabi". Pernyataan ini sangat nampak pelanggarannya terhadap al Kitab, as Sunnah & Ijma'.

MِEREKA LEBIH BODOH DARI FIR'AUN
Orang-orang yg mengklaim telah mencapai tingkatan tahqiq, ma'rifah, & wilayah yg memegangi aqidah wihdatul wujud, asal-muasal perkataan mereka merujuk pernyataan Bathiniyah, dari kalangan kaum filosof, Qaramithah & semisalnya. Mereka sejenis dg Fir'aun, namun lebih bodoh darinya. Fir'aun, memang sangat keras pengingkarannya, tetapi ternyata, ia tetap meyakini keberadaan Pembuat alam semesta (Allah) yg berbeda dg alam semesta. Fir'aun memperlihatkan pengingkaran, tdk lain karena demi meraih kharisma, & bermaksud menunjukkan jika perkataan Musa sama sekali tdk ada hakikatnya. Lihat al Qur`an surat al Mu'min/40 ayat 36-37.

Sedangkan penganut wihdatul wujud, meski meyakini adanya Pembuat alam semesta ini, tetapi mereka tdk menetapkan wujudNya yg berbeda dg alam ini. Mereka berpendapat, wujudNya sama dg wujud alam semesta. Bahkan menjadikan Dia menyatu dg alam semesta. Sungguh suatu pandangan batil yg sangat menyimpang. Bagaimana mungkin al Khaliq sama dg makhlukNya dari segala sisi? Allah berfirman:

"… Tidak ada sesuatupun yg serupa dg Dia, & Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (asy Syura/42: 11).

Al Imam ath Thahawi mengatakan: "Persangkaan-persangkaan tdk bisa sampai kepada (hakikat)Nya. Pemahaman-pemahaman pun tdk akan mencapai (hakikat)Nya". Ibnu Abil 'Izzi menambahkan pernyataan al Imam ath Thahawi ini dalam syarahnya dg mengatakan: "Dan Allah Ta'ala tdk diketahui bagaimana dzatNya, kecuali Dia sendiri Subhanahu wa Ta'ala . Kita mengenalNya hanyalah melalui sifat-sifatNya" . Syaikhul Islam juga mengatakan: “Aqidah yg dibawa para rasul & yg termuat pd kitab-kitab yg Allah turunkan, serta sudah menjadi kesepakatan Salaful Ummah & para tokohnya, yaitu penetapan pencipta yg berbeda dg ciptaannya, & Dia berada di atasnya (ciptaanNya)”.

Demikian ditinjau dari aspek agama (dalil). Sedangkan dari aspek aqli (logika), sungguh tdk mungkin pencipta menyerupai yg dicipta. Apalagi kalau semua makhluk adalah juga pencipta. Tentu sangat mustahil.

PENGUSUNG AQIDAH WIHDATUL WUJUD LAINNYA
Selain Ibnu 'Arabi, ada beberapa tokoh yg ikut mengusung pemikiran wihdatul wujud. Di antaranya adalah Ibnul Faridh. Dalam kumpulan syairnya yg populer, yaitu Ta`iyyah, ia mengungkapkan hakikat aqidahnya. Dia menyatakan dirinya sebagai mumatstsil kabir lillah (penjelma Allah yg besar) dalam sifat & perbuatanNya.

Abdul Qadir al Jili, penulis kitab al Insanul Kamil, guru Abdul Qadir al Jailani. Dalam salah satu selorohannya, ia berkata: "Dan sesungguhnya aku adalah Rabb bagi alam. Dan penguasa seluruh manusia itu sebuah nama. Dan akulah orangnya".

Abu Hamid al Ghazali, dalam kitab Ihya` Ulumuddin, saat menjelaskan maratibut tauhid (tingkatan-tingkatan tauhid) yg keempat, ia mengatakan: "Tingkatan tdk melihat dalam alam ini kecuali satu wujud saja".

Untuk menjawab kebingungan orang yg mempermasalahkan bagaimana bisa dikatakan satu, padahal banyak hal yg terlihat & berbeda-beda? Maka ia menjawab: "Ketahuilah, itulah puncak mukasyafat & rahasia-rahasia ilmu. Tidak boleh dituangkan dalam sebuah kitab. Orang-orang yg arif berkata,'Membeberkan rububiyah adalah kufur'.”

Jawaban ini mengandung tuduhan kepada Allah dalam menjelaskan aqidah, karena secara implisit dari jawabannya berarti Allah belum menerangkannya dg sejelas-jelasnya, demikian juga Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. tdk diketahui kecuali orang-orang yg sudah mencapai tingkatan kasyf dalam wacana sufi.

Jalaluddin ar Rumi, penyair dari Persia (Iran) ini, dalam kumpulan puisinya yg sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab, ia mengatakan:

Bila di dunia ini ada orang mukmin, orang kafir / pendeta Nashrani, maka aku adalah dia.
Aku hanya punya satu tempat ibadah, baik itu masjid, gereja ataupun candi.

WIHDATUL AD-YAN (PENYATUAN AGAMA-AGAMA) SALAH SATU KONSEKWENSI DARI WIHDATUL WUJUD
Dengan pemikiran yg telah dipaparkan di atas, keyakinan Wihdatul Wujud, juga melahirkan wacana, yg kini telah digagas para pengekornya, yaitu usaha utk mempersatukan agama-agama. Sebuah anggapan bahwa semua agama adalah benar, memiliki tujuan yg sama. Yaitu menyembah tuhan yg sama, hanya berbeda dalam cara. Pandangan sesat seperti ini, tdk diragukan lagi merupakan kekufuran yg sangat nyata.

Tak ayal, pemikiran ini mendapat sambutan yg sangat luar biasa dari kalangan Orientalis & musuh-musuh Islam lainnya. Karena, pd gilirannya berarti semua keyakinan adalah benar, tdk ada perbedaan antar-manusia. Seluruh agama kembali kepada satu keyakinan, karena semuanya jelmaan dari Tuhan.

Dikatakan oleh Allen Nicholson, diantara konsekwensi pemikiran wihdatul wujud, yaitu pernyataan mereka tentang kebenaran semua aqidah dalam agama-agama, apapun bentuknya.

Lebih jauh ia mengatakan: "Sebenarnya al Ghazali lebih toleran terhadap sebagian sufi Wihdatul Wujud, semisal Ibnu ‘Arabi & lain-lainnya dari kalangan sekte sufi yg menjadi kawan-kawan kami dalam agama liberal itu, dg seluruh maknanya”.

Sudah pasti Islam berlepas diri dari pemikiran yg sangat menyimpang ini. Pemikiran ini telah mencampur-adukkan antara yg benar & batil. Sehingga dapat menyebabkan hilangnya identitas kaum Muslimin, meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, & jihad di jalan Allah.

Oleh karena itu, kaum Orientalis memberikan perhatian yg besar terhadap keyakinan rusak ini. Yaitu dg lebih memperdalam mengkaji tentang tashawwuf. Karena, tashawwuf ini mendukung sebagian tujuan mereka. yaitu utk melupakan kaum Muslimin dg ajaranya, & juga unutk memecah-belah kaum Muslimin. Dengan pemikiran Wihdatul Wujud, orang-orang Orientalis merasa memiliki sarana yg tepat utk menyebarkan berbagai kekufuran.

KISAH ORANG YANG BERTAUBAT DARI AQIDAH IBNU 'ARABI
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengisahkan: Ada seseorang yg tsiqah (terpercaya) telah bertaubat dari mereka. Ketika ia mengetahui rahasia-rahasia mereka, maka ada (penganut wihdatul wujud) yg membacakan buku Fushul Hikam karya Ibnu ‘Arabi.

Orang yg tsiqah ini berkata: “Bukankah ini menyelisihi al Qur`an”.
Orang itu menjawab,"Memang al Qur`an semuanya berisi kesyirikan. Tauhid hanya ada pd pernyataan kami saja,”

Maka ia (orang yg tsiqah ini) kembali bertanya: “Kalau semua itu sama saja, mengapa putrimu diharamkan atasku, sementara istriku halal untukku?”.
Orang itu menjawab,"Dalam pandangan kami, tdk ada bedanya antara istri & anak perempuan. Semua halal (untuk dinikmati).” (20)

Itulah sekilas tentang pemikiran Wihdatul Wujud. Masih banyak fakta-fakta sesat lainnya yg dilakukan oleh tokoh-tokoh pemikir ini. Bisa dijumpai dalam kitab-kitab yg mengkritisi alirah tashawwuf secara umum. Sebagian sudah ada yg diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Tema ini diketengahkan, supaya seorang muslim sadar & berhati-hati terhadap aqidah yg sesat ini.
Wallahul hadi ila shirathil mustaqim.

Maraji:
- Ar Risalah ash Shafadiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H), tahqiq Abu Abdillah Sayyid bin 'Abbas al Hulaimi & Abu Mu'adz Aiman bin 'Arif ad Dimasyqi, Adhwau as salaf, Riyadh, Cetakan I, Th. 1423H.
- Bayanu Mauqifi Ibnil Qayyim min Ba’dhil Firaq, Dr. ‘Awwad bin Abdullah al Mu’tiq, Maktabah ar Rusyd, Riyadh, Cetakan, III, Th. 1419H.
- Da’watut-Taqribi Bainal Ad-yan, Dr. Ahmad bin Abdir Rahman bin ‘Utsman al Qadhi, Darul Ibnil Jauzi, Dammam, Cetakan I, Th. 1422H.
- Firaq Mu’ashirah Tantasibu Ilal Islam, Dr. Ghalib ‘Awaji. Al Maktabah al 'Ashriyyah adz Dzahabiyyah Jeddah. Cet. V. Th. 1426 H – 2005 M.
- Hadzihi Hiyash Shufiyah, Abdur Rahman al Wakil, tanpa penerbit & tahun.
- Syarhul ‘Aqidatith-Thahawiyah, ‘Allamah Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi, tahqiq sejumlah ulama, takhrij Syaikh al Albani, al Maktabul Islami, Beirut, Cetakan IX, Th. 1408H.

(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi (07-08)/Tahun X/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016)

Penulis: Ustadz Muhammad Ashim bin Musthafa HAKIKAT KEYAKINAN WIHDATUL WUJUD DAN PELOPORNYAKeyakinan wihdatul wujud, merupakan pemahaman ilhadiyah (kufriyah) yg muncul setelah dipenuhi dg keyakinan hulul. Yaitu, dalam istilah Jawa disebut manunggaling kawula lan gusti. Artinya, bersatunya makhluk dg Tuhan, pd sebagian makhluk. Tidak ada keterpisahan antara keduanya. Muaranya, segala yg ada merupakan penjelmaan Allah Azza wa Jalla. Tidak ada wujud selain wujud Allah. Hingga akhirnya berpandangan, tdk ada sesuatu pun di alam semesta ini, kecuali Allah. Pemikiran sesat seperti ini, tdk lain kecuali berasal dari keyakinan Budha & kaum Majusi.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka (orang-orang yg berkeyakinan dg aqidah wihdatul wujud) telah melakukan ilhad (penyimpangan) dalam tiga prinsip keimanan (iman kepada Allah, RasulNya & hari Akhirat). Menurut Syaikhul Islam, dalam masalah iman kepada Allah, mereka menjadikan wujud makhluk merupakan wujud Pencipta itu sendiri. Sebuah tathil (penghapusan sifat-sifat Allah) yg sangat keterlaluan.Pemahaman seperti ini sungguh sangat nista & kotor. Karena, konsekwensinya berarti seluruh keburukan, binatang-binatang najis, kejahatan, iblis, setan & perihal buruk lainnya merupakan jelmaan Allah. Maha Suci Allah dari perkataan orang-orang mujrimin (berbuat kejelekan).Keyakinan seperti inilah yg menjadi landasan aqidah Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Arabi Abu Bakr al Hatimi. Dia lebih dikenal dg nama Ibnu ‘Arabi . Lahir tahun 560 H di Andalusia & meninggal tahun 638 H. Menurut adz Dzahabi, ia (Ibnu Arabi) sebagai kiblat orang-orang yg menganut paham aqidah wihdatul wujud . Simak dua bait syair yg tak pantas ini:Tidaklah anjing & babi kecuali sesembahan kamiDan bukanlah Allah, kecuali seorang pendeta di gereja!Lebih jauh Syaikhul Islam menjelaskan bahwa, keyakinan seperti ini diadopsi dari pemikiran para filosof, seperti Ibnu Sina & lain-lain. Yang kemudian dikemas dg baju Islam melalui tasawuf. Kebanyakan terdapat dalam kitab al Kutubul Madhnun biha ‘Ala Ghairi Ahliha.SYUBHAT SEPUTAR UNGKAPAN KUFUR IBNU ‘ARABIKitab Fushulul Hikam & al Futuhat al Makkiyah, dua karya Ibnu Arabi yg sangat terkenal ini, sarat dg perkataan-perkataan tentang wihdatul wujud, penafian perbedaan antara Khaliq (Pencipta) dg makhlukNya, & penetapan penyatuan antara keduanya. Sangat jelas, dari dua buku ini, betapa rusak aqidah penulisnya & orang-orang yg mengikutinya.Sebagai contoh, misalnya dalam sebuah penggalan syairnya, Ibnu Arabi berkata:الْعَبْدُ رَبٌّ وَالرَّبُّ عَبْدٌ يَا لَيْتَ شِعْرِيْ مَنِ الْمُكَلَّفُHamba adalah Rabb, & Rabb merupakan hambaAku bingung, siapa gerangan yg menjadi mukallaf.Ia juga mengatakan:عَقَدَ الْخَلَائِقُ فِيْ الْإلِه عَقَائِدَ وَأَنَا اعْتَقَدْتُ جَمِيْعَ اعْتَقَدُوهُSemua makhluk berkeyakinan tentang ilah (sesembahan) dg berbagai keyakinanDan aku berkeyakinan (tentang ilah) dg seluruh yg mereka yakini itu.Begitu juga dg perkataannya:Dia menyanjungku, aku pun memujiNyaDia menyembahku, & aku pun menyembahNya.Dalil yg ia catut utk mendukung argumentasinya, yaitu firman Allah dalam an Nur/24 ayat 39:وو جد الله عنده"Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya".Juga dg mengusung hadits palsu berikut:مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ"(Barangsiapa mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Rabb-nya)". Mengenai argumentasi yg dibawakan ini, Dr. Ghalib Awaji memberikan komentar: "Ini merupakan istidlal (pengambilan dalil) yg sangat aneh & mungkar yg diucapkan oleh seseorang. Bagaimana mungkin mengatakan al Qur`an & Sunnah mengajak ilhad & kekufuran kepada Allah? Oleh karenanya, Ibnu Taimiyah mengatakan, kekufuran mereka lebih parah daripada kekufuran Yahudi & Nashara serta kaum musyrikin Arab” . Adapun Ahlu Sunnah menetapkan, sebagaimana dikatakan Ibnul Abil ‘Izz rahimahullah: "Ahlu Sunnah bersepakat, tdk ada sesuatu pun menyerupai Allah, baik pd dzatNya, sifatNya maupun af‘al (perbuatan-perbuatan)Nya".Mengenai keimanan kepada hari Akhir, Ibnu Arabi berpendapat, bahwa penghuni neraka juga merasakan kenikmatan di neraka, sebagaimana yg dinikmati oleh penghuni jannah di jannah. Karena adzab (yang berarti siksaan), disebut demikian, lantaran kenikmatan rasanya (udzubatu thamihi, dari kata adzbun yg berarti lezat).Sementara itu, tentang keimanan kepada para rasul, penganut wihdatul wujud juga melakukan penodaan yg tdk ringan terhadap gelar terhormat para rasul. Menurut mereka, penutup para wali Allah itu lebih berilmu daripada penutup kenabian. Mereka berpendapat, para nabi -termasuk pula Nabi Muhammad- mengambil ilmu dari celah wali terakhir.Tentu, pendapat seperti ini, sangat jelas melanggar nash-nash agama & cara berpikir yg . Seperti sudah dimaklumi, orang yg datang di akhir, ia akan mengambil manfaat dari orang yg berada di depannya. Bukan sebaliknya. Dalam perspektif agama, wali Allah yg paling utama, ialah orang-orang yg mengambil ilmu dari nabi yg mulia. Dan wali Allah yg paling mulia dari umat ini adalah, orang-orang shalih yg menyertai Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Allah berfirman:"Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); & jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya & (begitu pula) Jibril & orang-orang mumin yg baik; & selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula". (at Tahrim/66: 4).Menurut kesepakatan para imam salaf & khalaf, wali Allah yg paling afdhal adalah Abu Bakar Radhiyallahu anhu kemudian ‘Umar Radhiyallahu anhu.Berbeda dg pandangan orang-orang mulhid tersebut (Ibnu Arabi dkk), mereka lebih mengutamakan ahli filsafat ketimbang seorang nabi. Ibnu ‘Arabi sendiri mengatakan: "Sesungguhnya penutup para wali mengambil langsung dari piringan logam yg diambil oleh malaikat utk diwahyukan kepada nabi". Pernyataan ini sangat nampak pelanggarannya terhadap al Kitab, as Sunnah & Ijma.MِEREKA LEBIH BODOH DARI FIRAUNOrang-orang yg mengklaim telah mencapai tingkatan tahqiq, marifah, & wilayah yg memegangi aqidah wihdatul wujud, asal-muasal perkataan mereka merujuk pernyataan Bathiniyah, dari kalangan kaum filosof, Qaramithah & semisalnya. Mereka sejenis dg Firaun, namun lebih bodoh darinya. Firaun, memang sangat keras pengingkarannya, tetapi ternyata, ia tetap meyakini keberadaan Pembuat alam semesta (Allah) yg berbeda dg alam semesta. Firaun memperlihatkan pengingkaran, tdk lain karena demi meraih kharisma, & bermaksud menunjukkan jika perkataan Musa sama sekali tdk ada hakikatnya. Lihat al Qur`an surat al Mumin/40 ayat 36-37.Sedangkan penganut wihdatul wujud, meski meyakini adanya Pembuat alam semesta ini, tetapi mereka tdk menetapkan wujudNya yg berbeda dg alam ini. Mereka berpendapat, wujudNya sama dg wujud alam semesta. Bahkan menjadikan Dia menyatu dg alam semesta. Sungguh suatu pandangan batil yg sangat menyimpang. Bagaimana mungkin al Khaliq sama dg makhlukNya dari segala sisi? Allah berfirman:"… Tidak ada sesuatupun yg serupa dg Dia, & Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (asy Syura/42: 11).Al Imam ath Thahawi mengatakan: "Persangkaan-persangkaan tdk bisa sampai kepada (hakikat)Nya. Pemahaman-pemahaman pun tdk akan mencapai (hakikat)Nya". Ibnu Abil Izzi menambahkan pernyataan al Imam ath Thahawi ini dalam syarahnya dg mengatakan: "Dan Allah Taala tdk diketahui bagaimana dzatNya, kecuali Dia sendiri Subhanahu wa Taala . Kita mengenalNya hanyalah melalui sifat-sifatNya" . Syaikhul Islam juga mengatakan: “Aqidah yg dibawa para rasul & yg termuat pd kitab-kitab yg Allah turunkan, serta sudah menjadi kesepakatan Salaful Ummah & para tokohnya, yaitu penetapan pencipta yg berbeda dg ciptaannya, & Dia berada di atasnya (ciptaanNya)”.Demikian ditinjau dari aspek agama (dalil). Sedangkan dari aspek aqli (logika), sungguh tdk mungkin pencipta menyerupai yg dicipta. Apalagi kalau semua makhluk adalah juga pencipta. Tentu sangat mustahil.PENGUSUNG AQIDAH WIHDATUL WUJUD LAINNYASelain Ibnu Arabi, ada beberapa tokoh yg ikut mengusung pemikiran wihdatul wujud. Di antaranya adalah Ibnul Faridh. Dalam kumpulan syairnya yg populer, yaitu Ta`iyyah, ia mengungkapkan hakikat aqidahnya. Dia menyatakan dirinya sebagai mumatstsil kabir lillah (penjelma Allah yg besar) dalam sifat & perbuatanNya.Abdul Qadir al Jili, penulis kitab al Insanul Kamil, guru Abdul Qadir al Jailani. Dalam salah satu selorohannya, ia berkata: "Dan sesungguhnya aku adalah Rabb bagi alam. Dan penguasa seluruh manusia itu sebuah nama. Dan akulah orangnya".Abu Hamid al Ghazali, dalam kitab Ihya` Ulumuddin, saat menjelaskan maratibut tauhid (tingkatan-tingkatan tauhid) yg keempat, ia mengatakan: "Tingkatan tdk melihat dalam alam ini kecuali satu wujud saja".Untuk menjawab kebingungan orang yg mempermasalahkan bagaimana bisa dikatakan satu, padahal banyak hal yg terlihat & berbeda-beda? Maka ia menjawab: "Ketahuilah, itulah puncak mukasyafat & rahasia-rahasia ilmu. Tidak boleh dituangkan dalam sebuah kitab. Orang-orang yg arif berkata,Membeberkan rububiyah adalah kufur.”Jawaban ini mengandung tuduhan kepada Allah dalam menjelaskan aqidah, karena secara implisit dari jawabannya berarti Allah belum menerangkannya dg sejelas-jelasnya, demikian juga Rasul Shallallahu alaihi wa sallam. tdk diketahui kecuali orang-orang yg sudah mencapai tingkatan kasyf dalam wacana sufi.Jalaluddin ar Rumi, penyair dari Persia (Iran) ini, dalam kumpulan puisinya yg sudah diterjemahkan dalam bahasa Arab, ia mengatakan:Bila di dunia ini ada orang mukmin, orang kafir / pendeta Nashrani, maka aku adalah dia.Aku hanya punya satu tempat ibadah, baik itu masjid, gereja ataupun candi.WIHDATUL AD-YAN (PENYATUAN AGAMA-AGAMA) SALAH SATU KONSEKWENSI DARI WIHDATUL WUJUDDengan pemikiran yg telah dipaparkan di atas, keyakinan Wihdatul Wujud, juga melahirkan wacana, yg kini telah digagas para pengekornya, yaitu usaha utk mempersatukan agama-agama. Sebuah anggapan bahwa semua agama adalah benar, memiliki tujuan yg sama. Yaitu menyembah tuhan yg sama, hanya berbeda dalam cara. Pandangan sesat seperti ini, tdk diragukan lagi merupakan kekufuran yg sangat nyata.Tak ayal, pemikiran ini mendapat sambutan yg sangat luar biasa dari kalangan Orientalis & musuh-musuh Islam lainnya. Karena, pd gilirannya berarti semua keyakinan adalah benar, tdk ada perbedaan antar-manusia. Seluruh agama kembali kepada satu keyakinan, karena semuanya jelmaan dari Tuhan.Dikatakan oleh Allen Nicholson, diantara konsekwensi pemikiran wihdatul wujud, yaitu pernyataan mereka tentang kebenaran semua aqidah dalam agama-agama, apapun bentuknya.Lebih jauh ia mengatakan: "Sebenarnya al Ghazali lebih toleran terhadap sebagian sufi Wihdatul Wujud, semisal Ibnu ‘Arabi & lain-lainnya dari kalangan sekte sufi yg menjadi kawan-kawan kami dalam agama liberal itu, dg seluruh maknanya”.Sudah pasti Islam berlepas diri dari pemikiran yg sangat menyimpang ini. Pemikiran ini telah mencampur-adukkan antara yg benar & batil. Sehingga dapat menyebabkan hilangnya identitas kaum Muslimin, meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, & jihad di jalan Allah.Oleh karena itu, kaum Orientalis memberikan perhatian yg besar terhadap keyakinan rusak ini. Yaitu dg lebih memperdalam mengkaji tentang tashawwuf. Karena, tashawwuf ini mendukung sebagian tujuan mereka. yaitu utk melupakan kaum Muslimin dg ajaranya, & juga unutk memecah-belah kaum Muslimin. Dengan pemikiran Wihdatul Wujud, orang-orang Orientalis merasa memiliki sarana yg tepat utk menyebarkan berbagai kekufuran.KISAH ORANG YANG BERTAUBAT DARI AQIDAH IBNU ARABIIbnu Taimiyah rahimahullah mengisahkan: Ada seseorang yg tsiqah (terpercaya) telah bertaubat dari mereka. Ketika ia mengetahui rahasia-rahasia mereka, maka ada (penganut wihdatul wujud) yg membacakan buku Fushul Hikam karya Ibnu ‘Arabi.Orang yg tsiqah ini berkata: “Bukankah ini menyelisihi al Qur`an”.Orang itu menjawab,"Memang al Qur`an semuanya berisi kesyirikan. Tauhid hanya ada pd pernyataan kami saja,”Maka ia (orang yg tsiqah ini) kembali bertanya: “Kalau semua itu sama saja, mengapa putrimu diharamkan atasku, sementara istriku halal untukku?”.Orang itu menjawab,"Dalam pandangan kami, tdk ada bedanya antara istri & anak perempuan. Semua halal (untuk dinikmati).” (20)Itulah sekilas tentang pemikiran Wihdatul Wujud. Masih banyak fakta-fakta sesat lainnya yg dilakukan oleh tokoh-tokoh pemikir ini. Bisa dijumpai dalam kitab-kitab yg mengkritisi alirah tashawwuf secara umum. Sebagian sudah ada yg diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Tema ini diketengahkan, supaya seorang muslim sadar & berhati-hati terhadap aqidah yg sesat ini.Wallahul hadi ila shirathil mustaqim. & diterbitkan oleh almanhaj.or.id

1 komentar:

ANNAS mengatakan...

Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

Posting Komentar