tuntutlah ilmu sampai ke negeri china

Hadits dho’if (lemah), apalagi palsu, tidak boleh dijadikan dalil, dan hujjah dalam menetapkan suatu aqidah, dan hukum syar’i di dalam Islam. Demikian pula, tidak boleh diyakini hadits tersebut sebagai sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-

Diantara hadits-hadits dhoâif lemah, hadits yang masyhur digunakan oleh para khatib, dan da’ii dalam mendorong manusia untuk menuntut ilmu dimana pun tempatnya, sekalipun jauhnya sampai ke negeri Tirai Bambu, Cina. Namun sayangnya para khatib, dan da’i kita kurang kepeduliaannya dalam mengetahui derajat hadits ini. Akhirnya, berdusta atas nama Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-.

Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik -radhiyallahu anhu- dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, beliau bersabda,
أُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ باِلصِّيْنِ

“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/118), Al-Uqaily dalam Adh-Dhu’afa` (2/230), Al-Khathib dalam Tarikhul Baghdad (9/364), Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal (1/241) dan Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (1/7-8), semuanya dari jalan Abu ‘Atikah Thorif bin Sulaiman dari Anas bin Malik dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.
Sebab lemahnya hadits ini adalah Abu Atikah. Al-Uqaily berkata “Dia adalah orang yang ditinggalkan haditsnya (arab: matrukul hadits)”. Imam Al-Bukhari berkata, “Mungkar haditsnya (arab: munkarul hadits)”. Imam An-Nasa`i berkata, “Tidak tsiqoh (arab: laisa bi tsiqoh)”. Abu Hatim berkata, “Orang yang hilang haditsnya (arab: dzahibul hadits).”
Karenanya, Imam Ahmad mengingkari hadits ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Marwazi. Dan Asy-Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini sebagai hadits yang bati, sebagaimana dalam Adh-Dho’ifah no. 416]

Ini adalah hadits dhaif jiddan (lemah sekali), bahkan sebagian ahli hadits menghukuminya sebagai hadits batil, tidak ada asalnya. Ibnul Jauziy –rahimahullah- berkata dalam Al-Maudhu’at (1/215) berkata, ‘’Ibnu Hibban berkata, hadits ini batil, tidak ada asalnya’’. Oleh karena ini, Syaikh Al-Albaniy –rahimahullah- menilai hadits ini sebagai hadits batil dan lemah dalam Adh-Dhaifah (416).

As-Suyuthiy dalam Al-La’ali’ Al-Mashnu’ah (1/193) menyebutkan dua jalur lain bagi hadits ini, barangkali bisa menguatkan hadits di atas. Ternyata, kedua jalur tersebut sama nasibnya dengan hadits di atas, bahkan lebih parah. Jalur yang pertama, terdapat seorang rawi pendusta, yaitu Ya’qub bin Ishaq Al-Asqalaniy. Jalur yang kedua, terdapat rawi yang suka memalsukan hadits, yaitu Al-Juwaibariy. Ringkasnya, hadits ini batil, tidak boleh diamalkan, dijadikan hujjah, dan diyakini sebagai sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

0 komentar:

Posting Komentar